"Segala puji bagi Allah yang tiada mempunyai anak dan tiada bagi-Nya sekutu dalam urusan kerajaan-Nya dan tiada bagi-Nya penolong disebabkan kelemahan-Nya dan hendaklah engkau membesarkan serta memuliakan Allah dengan bersungguh-sungguh " Al-Israa' 111
Isnin, 7 April 2008
Syurkur Dengan Rahmat-Nya
“Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua hujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh.Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, kerana dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari jumlah yang seharusnya dapat diberikannnya. Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.""Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?" "Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah jumlah air dari yang seharusnya dapat saya bawa kerana adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Kerana cacatku itu, saya telah membuatmu rugi." kata tempayan itu.Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok. Aku ingin kamu memerhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memerhatikan baru menyedari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih kerana separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memerhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan si sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu. Itu kerana aku selalu menyedari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan disisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias Rumahnya seindah sekarang."Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mahu, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekurangan kita. Kenalilahkelemahan kita. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemui kekuatan kita."
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
1 ulasan:
syurkur dengan apa yang diberikan kepada kita
Catat Ulasan